“Desain ketel uap bergantung pada banyaknya variabel, yang
terpenting ialah sifat-sifat dari bahan bakar” (Muhjidin, 2006). Beberapa
parameter batubara yang mempengaruhi pembakaran dalam ketel uap adalah nilai
kalori, volatile matter, reaktivitas,
fixed carbon, moisture, unsur-unsur hasil analisa ultimat, sulfur, ash dan HGI.
Nilai Kalori (Calorivic Value)
Nilai
kalori merupakan hal paling penting dari kualitas batubara untuk bahan bakar.
Apabila batubara yang dipasok mempunyai nilai kalori rendah, maka diperlukan
batubara yang lebih banyak untuk bahan bakar. Hal ini tentu saja, dapat
menimbulkan permasalahan dalam alat pembakaran seperti keausan pelumat, erosi
dinding ruang bakar, menyumbat pemindahan dan sebagainya. Penjelasan nilai
kalori telah diuraikan dibagian sebelumnya.
Volatile
Matter dan Fixed Carbon
Volatile
Matter (VM) merupakan kunci yang
menentukan reaktivitas dan ignitability.
Batubara dengan VM rendah memerlukan waktu penyalaan yang lama. Selama
pembakaran, umumnya VM diubah menjadi oksida yang paling stabil dan membebaskan
panas. Sedangkan Fixed Carbon (FC)
ialah karbon padat yang tertinggal setelah hampir semua VM keluar dari
batubara. FC terbakar dalam keadaan padat dan akan teroksidasi sempurna menjadi
karbon dioksida.
Apabila residence time (waktu pembakaran) sangat singkat atau bahan bakar
tidak dapat tidak dilumatkan sampai ukuran butir yang merata, maka pembakaran
tidak akan sempurna. Salah satu indikator pembakaran yang tidak sempurna adalah
munculnya partikel karbon dalam ash
serta debu yang meninggalkan ketel uap. Keadaan ini akan memerlukan biaya
tambahan bagi pemilik PLTU untuk mengatasinya, karena itu harus dapat dikurangi
dengan cara mendesain ketel uap yang benar. Saat karbon pada abu meningkat 2 %,
maka karbon yang berpotensial mengalami pembakaran akan berkurang, yang
berdampak pada biaya sebesar 0,55 x 106 $/yr (Folsom, B. A., et al, 1986). Muhjidin, (2006) menyatakan bahwa “umumnya,
jaminan yang diberikan oleh pembuat PLTU adalah jumlah C dalam ash tidak lebih dari 3%”, dan sebesar 2 – 6% standar US (Robert Hurt, Eric
Suuberg dan John Veranth, 2002).
Reaktivitas
Reaktivitas
ialah suatu ukuran kecepatan penggabungan batubara dengan oksigen di atas suhu
nyalanya. Reaktivitas identik dengan kecepatan titik bakar (ignition point).
Reaktivitas batubara lebih sering
dinyatakan dnegan indeks T15, yakni suhu dimana suatu sampel
batubara di dalam suatu aliran gas pengoksidasi mulai terbakar hingga mencapai
suatu kecepatan kenaikan suhu 15oC per menit. Makin rendah indeks T15,
maka batubara tersebut makin mudah dibakar.
Fuel ratio juga biasanya digunakan untuk
mendesain tungku pembakaran. Susunan pembakar yang digunakan oleh salah satu
pabrik ketel uap besar di USA ditunjukkan pada tabel dibawah.
Reaktivitas Batubara dan Susunan Pembakar Batubara
Volatile Matter
|
Reaktivitas
Indeks
T15oC
|
Fuel Ratio
(FC/VM)
|
|
Horisontal Firing
Vertical Firing (Downshot)
|
>
20%
< 18%
|
<
250
>
300
|
<
3
>
3 – 4
|
Moisture
Dalam
batubara, moisture content paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa
kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat
dari dalam sampel batubara, senyawa ter-adsorpsi, atau sebagai senyawa yang
terikat secara kimia. Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral
yang tidak terikat pada batubara.
Dalam ilmu
perbatuan, dikenal istilah moisture dan air. Moisture didefinisikan
sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai suhu 105°C.
Sementara itu, air dalam batubara ialah air yang terikat secara kimia pada
lempung.
Semua
batubara mempunyai pori-pori berupa pipa-pipa kapiler, dalam keadaan alami
pori-pori ini dipenuhi oleh air. Didalam standar ASTM, air ini disebut moisture
bawaan (inherent moisture). Ketika
batubara ditambang dan diproses, air dapat ter-adsorpsi pada permukaan kepingan
batubara, menurut standar ASTM air ini disebut moisture permukaan (surface
moisture). Air yang terbentuk dari penguraian fraksi organik
batubara atau zat mineral secara termis bukan merupakan bagian dari moisture
dalam batubara.
Moisture
yang datang dari luar
saat batubara itu ditambang dan diangkut atau terkena hujan selama penyimpanan
disebut free moisture (standar
ISO) atau air-dry loss (standar
ASTM). Moisture jenis ini dapat dihilangkan dari batubara dengan
cara di-anginkan atau dikering-udarakan. Moisture in air-dried sample (ISO) atau residual moisture (ASTM)
ialah moisture yang hanya dapat dihilangkan bila sampel batubara
kering-udara yang berukuran lebih kecil dari 3 mm (-3 mm) dipanaskan hingga
105°C. Penjumlahan antara free moisture dan residual moisture disebut
total moisture. Data moisture
dalam batubara kering-udara ini digunakan untuk menghitung besaran lainnya dari
basis kering-udara (adb), bebas- ash (daf) dan basis kering,
bebas-mineral matter (dmmf).
Kandungan air total merupakan dasar penilaian
yang sangat penting. Secara umum, tinggi rendahnya kandungan air berpengaruh
pada beberapa aspek teknologi penggunaan batubara terutama dalam penggunaan
untuk tenaga uap. Dalam penggerusan, kelebihan kandungan air akan berakibat
pada komponen mesin penggerus karena abrasi. Parameter lain yang terpengaruh
oleh kandungan air adalah nilai kalor Makin tinggi moisture maka makin rendah nilai kalori dari batubara.
Unsur-unsur dalam Analisa Ultimat
Dalam
analisa ultimat ditentukan unsur-unsur karbon, oksigen, dan nitrogen. Dari
unsur-unsur ini dan stoikiometri pembakaran, dapat dihitung keperluan aliran
udara ketel uap dan aliran gas. Untuk pembakaran sempurna, kelebihan udara dari
perhitungan stoikiometri diperlukan.
Ash
Ash
merupakan komponen non-combustible organic yang tersisa pada saat
batubara dibakar. Ash mengandung
oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3,
dan CaO, yang terdapat didalam batubara. Kandungan abu diukur dengan cara
membakar dalam tungku pembakaran (furnace)
pada suhu 815°C. Residu yang terbentuk merupakan abu dari batubara.
Dalam pembakaran, semakin tinggi
kandungan ash batubara, semakin rendah panas yang diperoleh dari
batubara tersebut. Sebagai tambahan, masalah bertambah pula misalnya untuk
penanganan dan pembuangan ash hasil pembakaran.
0 komentar:
Post a Comment