Pabrik Percontohan Upgrade Brown Coal (UBC)
Batubara peringkat
rendah Indonesia pada umumnya mengandung kadar air yang tinggi (20-40%). Kadar
air yang tinggi menyebabkan tingginya biaya penanganan dan transportasi yang
tinggi serta nilai kalori yang rendah. Namun, batubara peringkat Indonesia
mempunyai keuntungan karena kadar abu dan sulfurnya rendah. Lokasi endapan
batubara yang relatif dekat dengan permukaan, menyebabkan rendahnya biaya
produksi.
Pemanfaatan batubara peringkat rendah dapat ditingkatkan, di
antaranya melalui proses upgrading. Proses Upgraded Brown Coal
(UBC) yang dikembangkan oleh Kobe Steel Ltd., mampu meningkatkan kualitas
batubara peringkat rendah melalui penurunan kadar air.
Teknologi ini diharapkan dapat menghasilkan batubara bersih yang dapat menjaga kestabilan pasokan energi. Batubara hasil proses dengan nilai kalori yang tinggi, kadar air dan polusi yang rendah sangat cocok untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor.
Upgrading batubara
akan menghemat biaya instalasi peralatan pencegah polusi pada pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) dan industri lainnya, terutama PLTU yang telah ada,
yang biasa menggunakan batubara dengan nilai kalori tinggi/menengah.
Program peningkatan kualitas (upgrading) batubara peringkat rendah dengan proses UBC merupakan kerjasama penelitian dan pengembangan antara Pemerintah Indonesia melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) yang dilaksanakan oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Pemerintah Jepang melalui METI (Ministry of Economic, Trade and Industry) dan JCOAL (Japan Coal Center) dengan pelaksana Kobe Steel Ltd. melalui PT Upgraded Brown Coal Indonesia (PT UBCI), dituangkan dalam MOU yang ditanda tangani pada 8 September 2006 oleh Kabalitbang ESDM dan JCOAL di Jakarta. Implementation document setiap tahun dibuat antara tekMIRA dan Kobe Steel Ltd.
Realisasi kerjasama dimulai pada tahun 2001 berdasarkan MOU yang ditandatangani pada tanggal 19 Juli 2001, dengan membangun pabrik UBC skala pilot di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dengan kapasitas 5 ton umpan/hari dan beroperasi sejak tahun 2003.
Program peningkatan kualitas (upgrading) batubara peringkat rendah dengan proses UBC merupakan kerjasama penelitian dan pengembangan antara Pemerintah Indonesia melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) yang dilaksanakan oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Pemerintah Jepang melalui METI (Ministry of Economic, Trade and Industry) dan JCOAL (Japan Coal Center) dengan pelaksana Kobe Steel Ltd. melalui PT Upgraded Brown Coal Indonesia (PT UBCI), dituangkan dalam MOU yang ditanda tangani pada 8 September 2006 oleh Kabalitbang ESDM dan JCOAL di Jakarta. Implementation document setiap tahun dibuat antara tekMIRA dan Kobe Steel Ltd.
Realisasi kerjasama dimulai pada tahun 2001 berdasarkan MOU yang ditandatangani pada tanggal 19 Juli 2001, dengan membangun pabrik UBC skala pilot di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dengan kapasitas 5 ton umpan/hari dan beroperasi sejak tahun 2003.
Dalam kerjasama
tersebut, pemerintah Jepang menyediakan peralatan proses dan tenaga ahli,
sedangkan pemerintah Indonesia memfasilitasi dan menyediakan tenaga pendamping
untuk seluruh kegiatan.
Dari serangkaian ujicoba yang telah dilakukan dengan menggunakan batubara peringkat rendah yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia (di antaranya batubara Mulia), dapat dinyatakan bahwa proses UBC secara teknis dan ekonomis dapat menguntungkan. Nilai kalori batubara dari < 5.000 kal/g (air dreid basis=adb) dapat ditingkatkan menjadi > 6.200 kal/g (adb). Untuk dapat diterapkan pada skala komersial, hasil ini harus diuji pada skala percontohan (demonstration plant).
Dari serangkaian ujicoba yang telah dilakukan dengan menggunakan batubara peringkat rendah yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia (di antaranya batubara Mulia), dapat dinyatakan bahwa proses UBC secara teknis dan ekonomis dapat menguntungkan. Nilai kalori batubara dari < 5.000 kal/g (air dreid basis=adb) dapat ditingkatkan menjadi > 6.200 kal/g (adb). Untuk dapat diterapkan pada skala komersial, hasil ini harus diuji pada skala percontohan (demonstration plant).
Pabrik percontohan UBC dengan kapasitas 1.000 ton/hari umpan atau 700 ton/hari dibangun untuk mendapatkan hasil kehandalan/performance teknologi proses UBC dan konfirmasi keekonomian pada skala komersial. Fasilitas ini dibangun di Desa Sungai Cuka, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, wilayah pertambangan PT Arutmin. Hal ini dengan pertimbangan bahwa contoh batubara yang pernah diuji pada skala pilot di Palimanan, berasal dari wilayah kerja PT Arutmin dan PT Arutmin bersedia menyediakan lokasi.
Pabrik UBC skala percontohan ini tidak hanya merupakan pabrik pertama di Indonesia, tapi juga merupakan pabrik UBC skala percontohan pertama di dunia. Pelaksanaan fisik pembangunan pabrik percontohan UBC serta dokumen pendukung yang diperlukan dilakukan oleh PT UBCI sebagai perwakilan Kobe Steel Ltd. Jepang di Indonesia. PT UBCI membangun UBC demonstration plant berdasarkan data enjinering yang didapat dari pabrik skala pilot di Palimanan.
Pembangunan pabrik percontohan UBC dimulai pada bulan April 2007,
dan telah selesai sepenuhnya pada bulan Agustus 2008. Uji coba setiap unit
peralatan sudah dimulai sejak bulan September 2008. Uji coba dengan menggunakan
batubara mulai dilakukan pada bulan November 2008.
Pabrik percontohan UBC tersebut akan digunakan sebagai sarana
penelitian dan pengembangan dan bisa juga sebagai sarana pelatihan bagi para
operator baru. Produk pabrik percontohan UBC akan digunakan untuk uji
karakteristik batubara hasil proses UBC, termasuk uji pembakaran misalnya uji
pembakaran dengan menggunakan boiler baik yang ada di Jepang maupun di Indonesia
(PLTU Suralaya/Tarahan).
Mengingat pabrik UBC ini merupakan pabrik percontohan dan belum komersial, Jadi
betul-betul hanya untuk penelitian dan tidak untuk mendapatkan keuntungan.
Kapasitas pabrik yang ekonomis adalah minimal 5.000 ton produk/hari.
Comments
Post a Comment