Steam fluidized-bed drying
Salah satu
teknologi pengeringan Batubara yang umum di pakai adalah Steam Fluidised-Bed Drying. Teknologi seperti ini sangat penting
mengingat Batubara dengan kelembaban tinggi (High
Moisture Content) rentan terhadap pembakaran spontan ketika dikeringkan.
Batubara seperti ini sebaiknya dikeringkan dalam ketiadaan oksigen - atau,
alternatifnya, dengan level oksigen yang rendah pada suhu lebih rendah, yaitu
kurang dari 50 ° C - dalam inert medium seperti uap, yang sudah tersedia di
pembangkit listrik (Gambar Skema dibawah).
Pada steam pluidized-bed dryer, batubara mentah
difluidisasi oleh uap, dan panas diberikan melalui tabung yang direndam
menggunakan uap dengan temperatur yang tinggi. Biasanya, gradien temperatur
sekitar 50 °C antara uap panas dan dryer
bed lebih disukai untuk memastikan tingkat optimal pengeringan dan waktu
pengeringan. Ini berarti bahwa untuk pengeringan akan dicapai pada tekanan
atmosfer (sekitar 100 °C suhu saturasi
di bed), uap panas adalah
sekitar 5 bar. Uap ini secara potensial dapat disuplai dari turbin tekanan
rendah di PLTU batubara. Steam drying
menjalani pengujian ekstensif dan pengembangan di Jerman, dan pada tingkat
lebih rendah dilakukan Australia, antara tahun 1990 dan 2002 (von Bargen,
2007). Pengering yang
berdiri sendiri telah didemonstrasikan dijerman dengan raw feed batubara 170 ton / jam.
RWE (Rheinisch-Westfälisches
Elektrizitätswerk), Perusahaan Listrik Jerman, telah mengembangkan sistem
pengeringan eksklusif, "WTA proses", yang Pertama kali
dikembangkan oleh Potter dari Universitas Monash (Australia) berupa Steam
Fluidized Bed Drying (SFBD), dimana raw coal (sampai 80 mm) digiling menjadi butir halus (0 mm sampai
2 mm), yang kemudian dikeringkan di steam
fluidized bed. Penggunaan batubara butir halus untuk
pengeringan, akan mengurangi ukuran dryer
dan selanjutnya akan menurunkan biaya. Hal ini juga dapat mengurangi uap yang
diperlukan untuk mempertahankan fluidisasi dan membutuhkan lebih sedikit uap
dibanding dengan pengeringan batubara kasar. metode ini selanjutnya diwujudkan dalam produk peralatan
oleh RWE. Plant dengan kapasitas proses batubara mentah sebesar 210
ton/jam telah dibangun di PLTU Niederraussem untuk uji coba alat ini. Upaya
peningkatan efisiensi energi proses dilakukan dengan mengkompresi uap air yang
dikeluarkan dari lignit, untuk dimanfaatkan sebagai sumber pemanas. Pemanfaatan
lignit sebagai bahan bakar pada PLTU di Jerman mencapai sekitar 30%, sehingga
upaya peningkatan efisiensi pembangkitan listrik pun dilakukan secara intensif.
Dan melalui aplikasi pengeringan ini, efisiensi pembangkitan yang saat ini sebesar
45% ditargetkan dapat meningkat hingga mencapai lebih dari 50% (LHV).
Variasi
dari proses yang ditunjukkan pada Gambar diatas adalah mungkin, misalnya kompresor
uap (vapour) dapat sepenuhnya ditiadakan dan uap (vapour) lainnya
dilepaskan ke atmosfer atau digunakan untuk rekuperasi termal. Dalam kasus
seperti itu, uap panas, yang dalam immersed coil, bisa
bersumber dari siklus uap PLTU. Volume dryer dan tingkat pengeringan yang dapat
dicapai didalam steam pluidised-bed dryer tergantung
pada sejumlah faktor, termasuk :
-
Kondisi uap yang digunakan untuk pemanasan;
- Ukuran partikel raw coal feed,
yang pada gilirannya akan mempengaruhi waktu pengeringan;
- fluidisation velocity, yang penting untuk memastikan kontak yang optimal
antara uap panas dan partikel.
Comments
Post a Comment