Analisa Proksimat Batubara
Analisa Proksimat Batubara digunakan untuk
mengetahui karakteristik dan kualitas batubara dalam kaitannya dengan
penggunaan batubara tersebut, yaitu untuk mengetahui jumlah relatif air lembab
(moisture content), zat terbang (VM), abu (ash), dan karbon tertambat (FC)
yang terkandung didalam batubara. Analisa
proksimat ini merupakan pengujian yang paling mendasar dalam penentuan kualitas
batubara.
Kandungan
Air (Moisture content)
Dalam batubara, moisture content paling sedikitnya
terdiri atas satu senyawa kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang
dapat mengalir dengan cepat dari dalam sampel batubara, senyawa teradsorpsi,
atau sebagai senyawa yang terikat secara kimia. Sebagian moisture merupakan
komponen zat mineral yang tidak terikat pada batubara.
Dalam ilmu perbatuan, dikenal istilah moisture dan air. Moisture
didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan
sampai suhu 105°C. Sementara itu, air dalam batubara ialah air yang terikat
secara kimia pada lempung.
Semua batubara mempunyai pori-pori berupa
pipa-pipa kapiler, dalam keadaan alami pori-pori ini dipenuhi oleh air. Didalam
standar ASTM, air ini disebut moisture bawaan (inherent moisture). Ketika batubara ditambang dan diproses, air
dapat teradsorpsi pada permukaan kepingan batubara, menurut standar ASTM air
ini disebut moisture permukaan (surface moisture). Air
yang terbentuk dari penguraian fraksi organik batubara atau zat mineral secara
termis bukan merupakan bagian dari moisture dalam batubara.
Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut
atau terkena hujan selama penyimpanan disebut free moisture (standar ISO) atau air-dry loss (standar ASTM). Moisture jenis
ini dapat dihilangkan dari batubara dengan cara dianginkan atau
dikering-udarakan. Moisture in air-dried sample (ISO) atau residual moisture (ASTM) ialah moisture yang
hanya dapat dihilangkan bila sampel batubara kering-udara yang berukuran lebih
kecil dari 3 mm (-3 mm) dipanaskan hingga 105°C. Penjumlahan antara free moisture
dan residual moisture disebut total moisture. Data moisture dalam batubara
kering-udara ini digunakan untuk menghitung besaran lainnya dari basis
kering-udara (adb), bebas- ash (daf) dan basis kering, bebas-mineral matter
(dmmf).
Kandungan air total merupakan dasar penilaian yang sangat
penting. Secara umum, tinggi rendahnya kandungan air berpengaruh pada beberapa
aspek teknologi penggunaan batubara terutama dalam penggunaan untuk tenaga uap.
Dalam penggerusan, kelebihan kandungan air akan berakibat pada komponen mesin
penggerus karena abrasi. Parameter lain yang terpengaruh oleh kandungan air
adalah nilai kalor. Semakin besar kadar air yang terkandung oleh batubara maka
akan semakin besar pula nilai kalor dalam pembakaran.
Penentuan kandungan air didalam batubara bisa dilakukan melalui
proses satu tahap atau proses dua tahap. Proses dilakukan dengan cara pemanasan
sampel sampai terjadi kesetimbangan kandungan air didalam batubara dan udara.
Penentuan kandungan air dengan cara tersebut dilakukan pada temperatur diatas
titik didih air (ASTM 104-110o C).
Kandungan
Abu (Ash content)
Coal ash didefinisikan
sebagai zat organik yang tertinggal setelah sampel batubara dibakar (incineration)
dalam kondisi standar sampai diperoleh berat yang tetap. Selama pembakaran
batubara, zat mineral mengalami perubahan, karena itu banyak ash umumnya
lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya zat mineral yang semula ada didalam
batubara. Hal ini disebabkan antara lain karena menguapnya air konstitusi (hidratasi) dan
lempung, karbon dioksida serta karbonat, teroksidasinya pirit menjadi besi
oksida, dan juga terjadinya fiksasi belerang oksida.
Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya (ash
content), ditentukan pula susunan (komposisi) kimianya dalam analisa ash
dan suhu leleh dalam penentuan suhu leleh ash.
Abu merupakan
komponen non-combustible organic yang tersisa pada saat batubara
dibakar. Abu mengandung oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, dan
CaO, yang terdapat didalam batubara. Kandungan abu diukur dengan cara membakar
dalam tungku pembakaran (furnace)
pada suhu 815°C. Residu yang terbentuk merupakan abu dari batubara.
Dalam
pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara, semakin rendah panas
yang diperoleh dari batubara tersebut. Sebagai tambahan, masalah bertambah pula
misalnya untuk penanganan dan pembuangan ash hasil pembakaran.
Kandungan
Fixed carbon
Fixed Carbon (FC)
menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam material sisa setelah volatile
matter dihilangkan. FC
ini mewakili sisa penguraian dari komponen organik batubara ditambah sedikit
senyawa nitrogen, belerang, hidrogen dan mungkin oksigen yang terserap atau
bersatu secara kimiawi. Kandungn FC digunakan sebagai indeks hasil kokas dari
batubara pada waktu dikarbonisasikan, atau sebagai suatu ukuran material padat
yang dapat dibakar di dalam peralatan pembakaran batubara setelah fraksi zat
mudah menguap dihilangkan. Apabila ash atau zat mineral telah dikoreksi,
maka kandungan FC dapat dipakai sebagai indeks rank batubara dan
parameter untuk mengklasifikasikan batubara.
Fixed Carbon ditentukan dengan perhitungan : 100% dikurangi persentase moisture, VM,
dan ash (dalam basis kering udara (adb)).
Data Fixed Carbon digunakan dalam mengklasifikasikan
batubara, pembakaran, dan karbonisasi batubara. Fixed Carbon kemungkinan
membawa pula sedikit presentase nitrogen, belerang, hidrogen, dan mungkin pula
oksigen sebagai zat terabsorbsi atau bergabung secara kimia.
Fixed Carbon merupakan
ukuran dan padatan yang dapat terbakar yang masih berada dalam peralatan
pembakaran setelah zat-zat mudah menguap yang ada dalam batubara keluar. Ini
adalah salah satu nilai yang digunakan didalam perhitungan efesiensi peralatan
pembakaran.
Volatile Matter
Definisi
volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel
batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah
dikoreksi oleh kadar moisture).
Suhunya adalah 900oC, dengan waktu pemanasan tujuh menit tepat.
Volatile
yang
menguap terdiri atas sebagian besar gas-gas yang mudah terbakar, seperti
hidrogen, karbon monoksida, dan metan, serta sebagian kecil uap yang dapat
mengembun seperti tar, hasil pemecahan termis seperti karbon dioksida dari
karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari lempung.
Moisture
berpengaruh pada hasil penentuan VM
sehingga sampel yang dikeringkan dengan oven akan memberikan hasil yang berbeda
dengan sampel yang dikering-udarakan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
hasil penentuan VM ini adalah suhu, waktu, kecepatan pemanasan, penyebaran
butir, dan ukuran partikel.
VM yang ditentukan dapat digunakan untuk
menentukan rank suatu batubara, klasifikasi, dan proporsinya dalam blending.
Volatile matter juga penting dalam pemilihan peralatan pembakaran dan
kondisi efisiensi pembakaran.
Comments
Post a Comment