Pages

Terpopuler

Terpopuler

Friday, September 10, 2004

“Ketika Rasa itu menerpa jiwaku”

Seperti biasa, setiap hari kamis sore, aku mengikuti kursus pelajaran bahasa arab di Masjid Agung Palembang.
Sinar mentari yang beberapa bulan ini telah merenggut hajat hidup (air) masyarakat, hari ini tampak tidak begitu perkasa. Hembusan angin, perlahan tapi pasti, terus mengalirkan kesegaran dalam tubuhku itu. Waktu berjalan didalam bis bak tak terasa, layaknya duduk santai disebuah villa mewah ditepi pantai yang selalu diselimuti hembusan ombak dan angin sepoi-sepoi yang menyejukan.
Jam 16.04 WIB. Aku sampai dimasjid Agung. Segera kuambil air wudhu untuk menunaikan sholat ashar, sebelum aku nantinya naik kelantai dua masjid itu, untuk belajar bahasa Arab. Tak lebih dari 5 menit, aku telah menyelesaikan kewajiban soreku terhadap sang illahi. Aku keluar dari ruangan darussalam (ruang utama) masjid, berjalan menuju lantai dua masjid, yang terletak digedung masjid bagian belakang. Ku naiki tangga, titi demi titi. Terdengar lantunan suara dari berbagai bahasa di telingaku saat itu. Memang, hari ini, ditempat yang hampir persis sama dengan tempatku belajar bahasa Arab, ada juga teman-teman yang lain, yang sedang belajar bahasa inggris. Bahasa jepang, mandarin, perancis dihari lain.
Aku masuki tempat belajarku. Agak telat memang. Tapi seperti biasa, belum semua siswa yang telah datang. Saya mengambil tempat duduk ditempat yang paling depan, persis disamping depan ustadz Azhari. Aku buka buku pelajaranku, tanda aku telah siap untuk menerima pelajaran pada hari ini. Seluruh pikiran aku coba kerahkan untuk menangkap materi pelajaran dihari ini; membahas soal dan belajar menulis huruf arab.
Belum lama berselang, sesosok bayangan kecil dibelakangku sedikit menyita perhatianku. Aku palingkan mukaku untuk melihat siapa yang datang. Entah mengapa tiba – tiba hatiku seolah bahu – membahu merajutkan semangat dan hasrat duniawi yang telah lama aku coba singkirkan dari pikiranku itu; ketertarikan yang menggejolak terhadap wanita. Ia duduk dibelakangku. Dua baris dibelakangku. Aku alihkan kembali perhatianku kepada pelajaranku didepan, berusaha mengingkari gejolak yang telah lama ku singkirkan dalam benakku. Namun, entah mengapa, selalu ada selongsong motivasi bagi tubuhku, untuk terus memalingkan mukaku kebelakang; melihat apa gerangan yang sedang diperhatikan oleh orang yang telah menyita perhatianku itu.
Putih bersih wajahnya, dengan untaian senyum manis dan balutan jilbab panjang yang menutupi auratnya hingga separuh badan, dengan paduan busana wanita muslimah sederhana, kian menyiratkan wajah imut nan cantik dari seorang gadis yang ramah dan sederhana.
“Sungguh menarik wanita ini” bisik batinku.
“Ahh, ini hanya perasaan semu dan sesaat” Balas pikirku mencoba menyadarkan. Pikiran dan rasaku bergejolak, bak dua saudara yang sedang berdebat dan akan bertengkar demi menyematkan argumen masing-masing dalam tindakanku. Gejolak yang akan membara; antara cita dan cinta. Aku tidak tahu harus memilih yang mana? Sampai ketika kutulis diary ini, aku belum bisa menemukan solusi menawan dari gejolak jiwa ini. Yang pasti, yang terlintas saat ini dalam pikirku adalah bahwa aku rindu akan kehadiran cinta. Aku rindu untuk selalu melihat wajah lembut nan menawan itu. Aku ingin mencoba mengikuti hasrat dalam hatiku, dan menyambung rasa didalam jiwaku. Terserah, apa yang kemungkinan terjadi dalam hidupku kelak. Mungkin aku akan kehilangan cita masa depan yang telah kurajut dalam keseharianku dibeberapa tahun terakhir, atau aku akan menjadi gila. Semoga tidak. Tapi yang pasti, aku hari ini hampir menjadi gila dan melanggar sebagian cita yang coba kutanamkan dalam hidupku. Aku terlalu sibuk mengikuti perasaanku pada hari ini, melepas sebagian kaidah hidupku demi melihat wajah itu. Aku tak tahu, apakah ini cinta atau hanya hasrat sesaat dari seorang manusia yang selalu diselimuti oleh nafsu dan setan. Yang pasti, hingga saat ini, aku belum tahu siapa nama wanita yang telah mencoba masuk kedalam sudut-sudut relung hatiku.

0 komentar:

Post a Comment